Bayi
sungsang (mal presentasi) merupakan suatu kelainan letak bayi, yaitu posisi
kepala di atas dan posisi bokong di bawah. “Sebetulnya sampai bayi berusia 34
minggu, letak bayi masih bebas. Artinya, letak kepala bisa di atas atau di
bawah,” ujar dr. Karno Suprapto, Sp.OG, dari RS Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Ini terjadi
karena pada permulaan kehamilan, berat janin relatif lebih rendah dibandingkan
dengan rahim. Akibatnya, janin masih bebas bergerak. Nah, menginjak usia 28-34
minggu kehamilan, berat janin makin membesar, sehingga tidak bebas lagi
bergerak. Pada usia tersebut, umumnya janin sudah menetap pada satu posisi.
“Kalau posisinya salah, maka disebut sungsang,” terang Karno.
PENYEBAB
Letak yang
salah itulah yang dapat menimbulkan masalah saat ibu harus menjalani
persalinan. Dan berbeda dengan persalinan normal, pada persalinan sungsang
dibatasi waktu. Begitu badan bayi sudah keluar, kepalanya harus dikeluarkan 4
menit kemudian. “Ini perlu dan harus dilakukan demi keselamatan bayi. Sebab,
jika terlalu lama, bayi bisa kekurangan oksigen dan dapat menimbulkan kematian,”
jelas Karno.
Tapi mengapa
bisa sungsang? Menurut Karno, penyebabnya ada dua, yaitu faktor janin dan ibu
sendiri. Dari segi janin, mungkin karena ukurannya lebih kecil dibandingkan
dengan ruangan rahim ibu. Akibatnya, janin bebas berputar, baik ke atas maupun
ke bawah. Di Indonesia, bila berat bayi di bawah 3 kg dan ibunya telah beberapa
kali melahirkan, ada kemungkinan akan menjadi sungsang.
Sebaliknya,
bila si bayi terlalu besar dan posisi kepala masih di atas. Pada saat kepala
akan melewati panggul menuju posisi normal, akhirnya terpental kembali karena
ruangan panggul ibu terlalu sempit sehingga kepala bayi sulit berputar ke arah
bawah.
Pada kasus
bayi kembar, kemungkinan sungsang menjadi lebih besar sebab janin yang
kepalanya berputar ke arah bawah lebih dulu akan membuat rongga panggul ibu
susah dilalui janin kembarannya. Maka, pada bayi kembar, posisi salah satu
janinnya sungsang.
Sedangkan
faktor ibu, antara lain karena bentuk rahim yang tidak normal, air ketuban yang
terlalu banyak, adanya tumor, plasenta di bawah, dan lainnya.
DETEKSI
SUNGSANG
Letak janin
sungsang sudah bisa diketahui saat kehamilan berusia tua. Caranya dengan
perabaan luar melalui perut. Cara ini dilakukan oleh dokter atau bidan. Nah,
bayi akan diduga sungsang bila bagian yang paling keras dan besar berada di
kutub atas. Karena seperti kita tahu, kepala merupakan bagian terbesar dan
terkeras dari janin.
Cara lain
adalah melalui pemeriksaan bagian dalam dengan menggunakan jari. Cara ini pun
hanya bisa dilakukan oleh dokter atau bidan. Bila di bagian panggul ibu lunak
dan bagian atas keras, berarti bayinya sungsang. Cara lain adalah dengan
ultrasonografi (USG).
Biasanya
para ibu yang janinnya berposisi sungsang, dianjurkan untuk melakukan posisi
bersujud, dengan posisi perut seakan-akan menggantung ke bawah. Bila posisi ini
dilakukan dengan baik dan teratur, kemungkinan besar bayi yang sungsang dapat
kembali ke posisi normal. “Kemungkinannya kembali ke posisi normal, berkisar
sekitar 92 persen. Dan posisi bersujud ini tidak berbahaya karena secara
alamiah memberi ruangan pada bayi untuk berputar kembali ke posisi normal,”
ujar Karno.
Usaha lain
yang dapat dilakukan oleh dokter adalah mengubah letak janin sungsang menjadi
normal dengan cara versi luar (externalcephalic versin/ECV). Sesuai dengan
namanya, versi luar adalah tindakan mengubah posisi janin sungsang dari luar
tubuh ibunya.
Tindakan
akan segera dihentikan bila saat versi luar, ibu merasa sakit. “Penghentian
dilakukan karena kemungkinan otot rahim sensitif sehingga sewaktu diraba-raba
terjadi kontraksi dan kejang. Bisa juga karena secara tak sengaja tindakan
tersebut melepas plasenta,” kata dr. Karno. Tak heran, versi luar tak bisa
dilakukan bila letak plasenta ada di bawah sebab bayi tidak mungkin bisa
diputar kembali ke posisi normal.
Versi luar
sebaiknya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 34 minggu. Tapi saat ini
versi luar jarang sekali dilakukan karena selain dapat membuat ibu merasa sakit
dan bila dilakukan secara paksa, besar kemungkinan mengakibatkan tali pusat
bayi tertekan dan plasenta terganggu. “Sehingga akan memberi dampak buruk pada
bayi dan juga mengakibatkan kematian pada bayi. Bukan tidak mungkin bayi akan
kekurangan suplai oksigen ke otaknya,” terang Karno.
Kondisi
gawat bisa terjadi apabila cairan amnion/ketuban pecah. Sebab, begitu pecah
tidak ada satu bagian dari janin sungsang yang bisa menyumbat jalan lahirnya.
Pada bayi normal, bila ketuban pecah, jalan keluar air ketuban tersebut masih
dapat tertutup dengan kepala bayi yang langsung turun. Sedangkan pada bayi
sungsang, di antara kedua kaki terdapat celah, sehingga air ketuban itu keluar
sedikit demi sedikit dan lama-lama habis.
Padahal,
makin sedikit air ketuban, makin dekat hubungan antara otot dinding rahim
dengan janin. Jadi, ada kemungkinan janin terjepit otot rahim ibu. “Kepala
janin yang besar dicengkeram oleh otot rahim dan akan mempersulit persalinan,”
jelas Karno. Kemudian, lanjut Karno, karena tali pusat berada di bagian depan
tubuh bayi maka pada saat air ketuban itu keluar kadang-kadang bisa membawa
sebagian tali pusat itu keluar ke mulut rahim. “Lalu tali pusat yang keluar itu
terjepit sehingga suplai makanan dan suplai oksigen untuk janin akan berkurang
dan dapat mengakibatkan janin meninggal.”
CARA
PERSALINAN
Kendati
letak bayi sungsang, persalinan pervaginam masih tetap bisa dilakukan. Yang
jelas, kata Karno, persalinan sungsang dipengaruhi beberapa faktor. Pertama,
ukuran bayi. Bila berat bayi di atas 3,5 kg, dokter akan cenderung memilih
operasi caesar. Cara ini dipilih untuk menghindari cedera pada otot leher bayi
yang mungkin saja tersangkut dan tertarik saat persalinan normal.
Kedua,
urutan kelahiran. Jika sungsang terjadi pada anak pertama, persalinan
disarankan melalui caesar. Karena panggul ibu belum pernah melahirkan, tidak bisa
dicoba-coba untuk melahirkan dengan cara normal karena dapat mengakibatkan
cedera.
Ketiga,
posisi kepala janin. Pada janin normal, posisi kepala yang baik yaitu menunduk
seperti menghadap ke bawah. Tapi, ada kemungkinan posisi kepala janin seperti
posisi “militer”, yaitu tegak menghadap ke depan (layaknya prajurit siap
siaga). Pada janin sungsang, bila dipaksakan keluar dapat mematahkan tulang
punggung yang paling atas dan dapat mengakibatkan radang otak. Sebab itulah
sebaiknya persalinan pun dilakukan dengan jalan caesar.
Persalinan
pervaginam bisa dilakukan bila tidak terdapat faktor-faktor yang telah
disebutkan di atas. “Misalnya bila bayinya kecil, panggul luas, bayi tidak
terlilit usus,” terang dr. Karno.
Jenis
Sungsang
Bila
dikaitkan dengan posisi kaki bayi, ada 3 jenis sungsang, yaitu:
* Frank
Breech/Letak Bokong
Letak bokong dengan kedua tungkai kaki terangkat ke atas, kadang kaki sampai menyentuh telinga.
Letak bokong dengan kedua tungkai kaki terangkat ke atas, kadang kaki sampai menyentuh telinga.
* Complete
Breech/Letak Sungsang Sempurna
Letak bokong
di mana kedua kaki ada di samping bokong (letak bokong kaki sempurna/lipat
kejang). Seakan posisi bayi “jongkok” dengan bokong di atas mulut rahim, lutut
terangkat ke perut.
* Incomplete
Breech/Singel Footling Breech
Bila satu
kaki di atas dan kaki yang lainnya di bawah, dalam dunia kedokteran disebut
presentasi bokong kaki. Tetapi, kasus letak sungsang jenis ini jarang ditemui
0 komentar:
Posting Komentar