Minggu, 12 Juni 2016

RESUSITASI JANTUNG PARU




Pengertian RJP (Resusitasi Jantung Paru)

Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup.
RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika penderita ditemukan bernafas namun tidak sadar maka posisikan dalm keadaan mantap agar jalan nafas tetap bebas dan sekret dapat keluar dengan sendirinya.
C. INDIKASI MELAKUKAN RJP
1.  Henti Napas (Apneu)
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan baik di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan memberikan suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada keadaan normal. Bila perlangsungannya lama akan memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2, kemudian mempengaruhi SSP dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah yang dikenal sebagai henti nafas.
2.  Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas, maka oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest).
      D. LAGKAH-LANGKAH SEBELUM MELAKUKAN  RJP
1. Penentuan Tingkat Kesadaran ( Respon Korban )    
Dilakukan dengan menggoyangkan korban. Bila korban menjawab, maka ABC dalam keadaan baik. Dan bila tidak ada respon, maka perlu ditindaki segera. Pada pedoman sebelumnya (tahun 2005) yang dipergunakan adalah ABC : Airway, Breathing dan Chest Compressions,yaitu Membuka jalan napas,Memberi bantuan pernapasan dan Kompresi dada. Pada pedoman yang terbaru (tahun 2010),Kompresi Dada didahulukan dari yang lainnya,baru kemudian Membuka jalan napas dan Memberi bantuan pernapasan.
Dengan memulai kompresi dada terlebih dahulu diharapkan akan memompa darah yang masih mengandung oksigen ke otak dan jantung sesegera mungkin,karena beberapa menit setelah terjadinya henti jantung masih terdapat kandungan oksigen di dalam paru-paru dan sirkulasi darah.
Kompresi dada dilakukan pada tahap awal selama 30 detik sebelum melakukan pembukaan jalan napas dan melakukan pemberian napas buatan.
Untuk pada bayi yang baru lahir tetap memakai pedoman ABC,jadi pada bayi yang baru lahir tidak terjadi perubahan. Pedoman CAB hanya berlaku pada bayi,anak dan dewasa.
 2. Memanggil bantuan (call for help)
Bila petugas hanya seorang diri, jangan memulai RJP sebelum memanggil bantuan. Jika sesuai panduan RJP tahun 2010 Dalam menyelamatkan seseorang yang mengalami henti jantung adalah dengan bertindak dengan segera dan cepat,sehingga tidak perlu dilakukannya lagi suatu penilaian. Segera hubungi ambulan ketika melihat ada korban yang tidak sadarkan diri dan terlihat adanya gangguan pernapasan.
Jika dilakukan suatu penilaian bahwa korban masih bernafas atau tidak,itu boleh saja akan tetapi perlu dipikirkan bahwa dengan melakukan tindakan Look,Listen dan Feel,ini akan menghabiskan waktu yang ada.

3. Posisikan Korban
Korban harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, long board).  Bila dalam keadaan telungkup, korban dibalikkan. Bila dalam keadaan trauma, pembalikan dilakukan dengan ”Log Roll”


4. Posisi Penolong
Korban di lantai, penolong berlutut di sisi kanan korban
5. Pemeriksaan Sirkulasi
· Pada orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis
· Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis
· Tidak ada tanda-tanda sirkulasi
· Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan. Tetapi bila ada pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan. Dan bila tidak ada pulsasi, dilakukan RJP.
E. MACAM-MACAM TEKNIK RJP
Henti Napas
Pernapasan buatan diberikan dengan cara :
A.  Mouth to Mouth Ventilation
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi (terutama hepatitis, HIV) karena itu harus memakai ”barrier device”  (alat perantara). Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18 %.
1. Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.
2. Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke atas mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban secara pelan-pelan sambil memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan napas penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh penolong itu masuk ke dalam paru-paru korban.
3. Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung korban. Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semula.
B. Mouth to Stoma
Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang kemudian dihembuskan udara melalui jalan yang telah dibuat melalui prosedur Krikotiroidektomi tadi.
C. Mouth to Mask ventilation
Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan bantuan face mask.
D. Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)
Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada katup. Untuk mendapatkan penutupan masker yang baik, maka sebaiknya masker dipegang satu petugas sedangkan petugas yang lain memompa.

E. Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
Pada ambulans dikenal sebagai “ OXY – Viva “. Alat ini secara otomatis akan memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang diinginkan.
Bantuan jalan napas dilakukan dengan sebelumnya mengevaluasi jalan napas korban apakah terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat sumbatan maka hendaknya dibebaskan terlebih dahulu.
    Henti Jantung
RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolong.
Lokasi titik tumpu kompresi.
1. 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus
2. Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari telunjuk mengikuti
3. Tempatkan  tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
4. Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik pijat jantung
5. Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada korban

 Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)
1.      Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum
2.      Tekan ke bawah sedalam 4-5 cm
a.       Tekanan tidak terlalu kuat
b.      Tidak menyentak
c.       Tidak bergeser / berubah tempat
3.      Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2 pijatan / detik )
4.      Fase pijitan dan relaksasi sama ( 1 : 1)
5.      Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan napas)
6.      Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi



0 komentar:

Posting Komentar