![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA-FW4jbwOEjlh24xjWkVLP0bX9hpyjb4W5U_OND2SVJ8w3fkwV36BvFNk8XyabjoMjo841nW4NmOpcr0DAsdCPrfmymPxjOX7tMIaGsMkhVhrpl0mNltOGee7k4cNmNZat_jifX_0t-U/s1600/Prosedur+RJP.jpg)
Pengertian RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi
jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation
(CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik
ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih
hidup.
RJP harus
segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti nafas
dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika
penderita ditemukan bernafas namun tidak sadar maka posisikan dalm keadaan
mantap agar jalan nafas tetap bebas dan sekret dapat keluar dengan sendirinya.
C. INDIKASI
MELAKUKAN RJP
1. Henti Napas (Apneu)
Dapat disebabkan
oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan baik di sentral maupun
perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan memberikan suatu keadaan yang
disebut hipoksia. Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada keadaan normal.
Bila perlangsungannya lama akan memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan.
Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa
pembakaran berupa gas CO2, kemudian mempengaruhi SSP dengan menekan pusat
napas. Keadaan inilah yang dikenal sebagai henti nafas.
2. Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Otot
jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa
keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas, maka oksigen
akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat
berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest).
D. LAGKAH-LANGKAH SEBELUM MELAKUKAN RJP
1.
Penentuan Tingkat Kesadaran ( Respon Korban )
Dilakukan
dengan menggoyangkan korban. Bila korban menjawab, maka ABC dalam keadaan baik.
Dan bila tidak ada respon, maka perlu ditindaki segera. Pada pedoman sebelumnya
(tahun 2005) yang dipergunakan adalah ABC : Airway, Breathing dan Chest
Compressions,yaitu Membuka jalan napas,Memberi bantuan pernapasan dan Kompresi dada.
Pada pedoman yang terbaru (tahun 2010),Kompresi Dada didahulukan dari yang
lainnya,baru kemudian Membuka jalan napas dan Memberi bantuan pernapasan.
Dengan
memulai kompresi dada terlebih dahulu diharapkan akan memompa darah yang masih
mengandung oksigen ke otak dan jantung sesegera mungkin,karena beberapa menit
setelah terjadinya henti jantung masih terdapat kandungan oksigen di dalam
paru-paru dan sirkulasi darah.
Kompresi
dada dilakukan pada tahap awal selama 30 detik sebelum melakukan pembukaan jalan
napas dan melakukan pemberian napas buatan.
Untuk pada
bayi yang baru lahir tetap memakai pedoman ABC,jadi pada bayi yang baru lahir
tidak terjadi perubahan. Pedoman CAB hanya berlaku pada bayi,anak dan dewasa.
2. Memanggil bantuan (call for help)
Bila
petugas hanya seorang diri, jangan memulai RJP sebelum memanggil bantuan. Jika
sesuai panduan RJP tahun 2010 Dalam menyelamatkan seseorang yang mengalami
henti jantung adalah dengan bertindak dengan segera dan cepat,sehingga tidak
perlu dilakukannya lagi suatu penilaian. Segera hubungi ambulan ketika melihat
ada korban yang tidak sadarkan diri dan terlihat adanya gangguan pernapasan.
Jika
dilakukan suatu penilaian bahwa korban masih bernafas atau tidak,itu boleh saja
akan tetapi perlu dipikirkan bahwa dengan melakukan tindakan Look,Listen dan
Feel,ini akan menghabiskan waktu yang ada.
3.
Posisikan Korban
Korban
harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, long board). Bila dalam keadaan telungkup, korban
dibalikkan. Bila dalam keadaan trauma, pembalikan dilakukan dengan ”Log Roll”
4. Posisi
Penolong
Korban di
lantai, penolong berlutut di sisi kanan korban
5.
Pemeriksaan Sirkulasi
· Pada
orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis
· Pada bayi
dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis
· Tidak ada
tanda-tanda sirkulasi
· Bila ada
pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan. Tetapi bila ada
pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan. Dan bila tidak ada
pulsasi, dilakukan RJP.
E.
MACAM-MACAM TEKNIK RJP
Henti Napas
Pernapasan
buatan diberikan dengan cara :
A. Mouth to Mouth Ventilation
Cara
langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi (terutama hepatitis, HIV)
karena itu harus memakai ”barrier device”
(alat perantara). Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya
18 %.
1. Tangan
kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan jari telunjuk
dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.
2. Penolong
menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke atas mulut
korban sampai menutupi seluruh mulut korban secara pelan-pelan sambil
memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan napas
penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh penolong itu
masuk ke dalam paru-paru korban.
3. Setelah
itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung korban. Hal
ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semula.
B. Mouth to
Stoma
Dapat
dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang kemudian dihembuskan udara
melalui jalan yang telah dibuat melalui prosedur Krikotiroidektomi tadi.
C. Mouth to
Mask ventilation
Pada cara
ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan bantuan face mask.
D. Bag
Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)
Dipakai alat
yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada katup. Untuk mendapatkan
penutupan masker yang baik, maka sebaiknya masker dipegang satu petugas
sedangkan petugas yang lain memompa.
E. Flow
restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
Pada
ambulans dikenal sebagai “ OXY – Viva “. Alat ini secara otomatis akan
memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang diinginkan.
Bantuan
jalan napas dilakukan dengan sebelumnya mengevaluasi jalan napas korban apakah
terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat sumbatan maka hendaknya dibebaskan
terlebih dahulu.
Henti Jantung
RJP dapat
dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolong.
Lokasi
titik tumpu kompresi.
1. 1/3
distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus
2. Jari tengah
tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari telunjuk mengikuti
3.
Tempatkan tumit tangan di atas jari
telunjuk tersebut
4. Tumit
tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik pijat
jantung
5.
Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada korban
Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)
1. Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada
sternum
2. Tekan ke bawah sedalam 4-5 cm
a. Tekanan tidak terlalu kuat
b. Tidak menyentak
c. Tidak bergeser / berubah tempat
3. Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2
pijatan / detik )
4. Fase pijitan dan relaksasi sama ( 1 : 1)
5. Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali
kompresi : 2 kali hembusan napas)
6. Setelah empat siklus pijat napas,
evaluasi sirkulasi
0 komentar:
Posting Komentar