Jumat, 10 Juni 2016

ANEMIA PADA IBU HAMIL



Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu risiko yang harus diwaspadai karena dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin. Bagaimana gejala dan cara mengatasinya?

Anemia pada ibu hamil yang tidak ditangani dengan benar dapat meningkatkan risiko komplikasi yang berbahaya, seperti persalinan prematur. Selain itu, anemia juga dapat meningkatkan risiko bayi terlahir dengan berat di bawah rata-rata.  Pada sisi ibu, anemia dapat memicu depresi pasca persalinan.

Cermat Mengenali Kondisi Anemia

Ibu hamil memerlukan lebih banyak sel darah untuk mendukung perkembangan janin. Ketika mengalami anemia, kebutuhan ini tidak tercukupi sehingga oksigen yang disalurkan pada jaringan tubuh dan janin menjadi terbatas.
Yang perlu dicermati adalah kadang-kadang gejala anemia juga tampak mirip dengan gejala kehamilan yang umumnya dialami. Apalagi anemia ringan memiliki kemungkinan tidak menimbulkan gejala yang jelas. Namun, jika kondisi anemia meningkat, kemungkinan ibu hamil akan merasakan :
  • Cepat lelah dan merasa lemah, serta tampak pucat
  • Denyut jantung tidak teratur
  • sesak napas
Sebagian penderita anemia memiliki kecenderungan tertentu, seperti keinginan mengonsumsi bahan-bahan yang tidak umum dimakan, seperti tepung jagung atau bahkan tanah liat.
Selain itu ada beberapa gejala anemia yang mungkin akan dirasakan ibu hamil, seperti sakit kepala, merasa gatal-gatal, perubahan pada indera perasa, rambut rontok, telinga berdenging, dan sariawan di pinggir mulut.
Untuk memastikan diagnosis anemia pada ibu hamil, maka perlu dilakukan tes darah. Pemeriksaan darah umumnya dilakukan pada pemeriksaan kehamilan yang pertama, kemudian dilakukan satu kali lagi selama kehamilan.

Cara Mengatasi Anemia

Anemia pada ibu hamil dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen zat besi. Salah satu yang umum diberikan adalah ferrous sulphate, yang dikonsumsi dua hingga tiga kali per hari.
Sebagian orang mengalami efek samping dari konsumsi suplemen zat besi ini, seperti sakit perut, diare atau konstipasi, nyeri ulu hati, mual, atau tinja yang berwarna gelap. Konsultasikan kepada dokter jika efek samping ini terjadi setelah mengonsumsi suplemen zat besi. Ibu hamil memerlukan 27 miligram zat besi per hari. Selain melalui suplemen, kekurangan zat besi juga bisa ditangani melalui pola makan.
Menambah asupan makanan mengandung zat besi merupakan salah satu cara mencegah dan menangani anemia pada ibu hamil. Konsumsi pola makan seimbang, kemudian tambahkan minimal tiga porsi makanan kaya zat besi.
Contoh makanan yang banyak mengandung zat besi adalah ikan, daging merah, ayam, sayur berwarna hijau gelap, kacang-kacangan, biji-bijian, dan sereal yang sudah difortifikasi zat besi. Selain itu, sumber makanan kaya zat besi lainnya yang mudah ditemukan, seperti telur dan tahu.
Agar tubuh dapat menyerap zat besi dengan maksimal, diperlukan juga asupan kaya vitamin C yang dapat ditemukan dalam jeruk, stroberi, kiwi, dan tomat. Anda dapat mengombinasikan antara kedua jenis makanan tersebut untuk asupan optimal.
Jangan anggap remeh anemia pada ibu hamil, karena dapat mengganggu perkembangan janin dan kondisi kesehatan ibu hamil secara keseluruhan. Konsultasikan kepada dokter untuk menjalani pemeriksaan zat besi dalam darah jika mengalami gejala-gejala anemia di atas

0 komentar:

Posting Komentar